Penyakit menular seksual adalah sebuah topik yang tabu dibicarakan, bahkan antara suami dan istri. Salah satu alasannya: malu.
“Bersifat memalukan karena terkait dengan nilai moral faithfulness. Sekiranya jika hanya memiliki satu pasangan seksual yang bersih dari penyakit, seyogyanya pasangannya tidak akan menularkan penyakit menular seksual,” jelas dr. Indah Maharani, SpKK, FINSDV, dokter spesialis kulit dan kelamin dari PERDOSKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia) dan Klinik Medivita Jakarta Barat.
Menurut Dokter Indah, jika memang salah satu pihak terkena penyakit menular, yang terutama adalah mencara tahu asalnya dari mana. “Apakah ada sumber penularan lain dari pasangan yang lain. Jadi monogami menjadi salah satu faktor penting. Hal ini tentu tidak mudah menjelaskan kepada istri atau suaminya jika ada pasangan lain,” ujarnya.
Rumit, ya. Selain itu, hal lain yang membuat para pasangan urung membahas topik penyakit menular seksual ini adalah karena mungkin berpikir bahwa tidak akan sembuh. Benarkah? Yuk, cari tahu jawabannya di bawah ini.

Sesuai dengan namanya, penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang penularannya didapatkan akibat kontak/hubungan seksual.
“Artinya, penyakit ini biasanya ditularkan dari kontak seksual, dan mengenai organ yang berkaitan dengan hubungan seksual (misalnya area genital, bisa juga pada mulut, ataupun pada anus, bisa juga pada jari). Namun ada beberapa yang mengenai organ lain misalnya mata pada bayi baru lahir,” jelas Dokter Indah.
Apakah hanya melalui hubungan seksual?
“Biasanya demikian. Namun bisa saja tidak akibat hubungan seksual, misalnya penyakit Gonorea pada mata bayi baru lahir akibat penularan kuman karena tertular dari ibunya akibat kontak jalan lahir saat dilahirkan secara normal,” jawabnya.
Mungkinkah terkena penyakit ini padahal tidak berhubungan intim dengan siapapun?
“Bisa saja tertular walau tidak berhubungan intim. Karena ada penyakit yang bisa tertular dari kontak biasa, misalnya melalui cara berciuman dan kontak kulit,” tekannya.
Satu hal yang pasti, jika selama ini banyak poster iklan mengenai penyakit seksual memajang pria, tapi sebenarnya PMS tidak mengenal jenis kelamin. Alias, bisa diderita baik laki-laki maupun perempuan.

“Ada berbagai penyakit menular seksual dengan berbagai macam keluhan yang berbeda atau malah sama sekali tidak memberikan gejala,” paparnya. Sebagai contoh, infeksi HIV tanpa gejala saat penularan, yang bisa didapatkan akibat hubungan seksual.
Saat tertular penyakit ini, keluhan yang sering dikeluhkan berbeda bagi pria dan wanita.
Pada laki-laki:
- Adanya nyeri buang air kecil
- Keluar nanah dari penis
- Adanya kutil di area kemaluan
- Adanya lenting isi air
- Luka di kemaluan
- Keluhan gatal
Para perempuan:
- Ada kutil di kemaluan
- Keluhan lenting dan luka
- Muncul rasa gatal, pedih, ataupun panas di kemaluan,
- Adanya keputihan yang gatal, warna kuning, kehijauan, kecokelatan
- Keluhan nyeri panggul
Keluhan bisa juga dirasakan di anus, ataupun di rongga mulut akibat hubungan seksual anogenital ataupun orogenital.
Apakah gejalanya sama untuk semua penyakit?
“Beda-beda sesuai penjelasan di atas. Beda penyakit, beda gejala. Bisa disebabkan virus, bakteri, parasit, jamur. Gejalanya beda-beda. Beda juga pengobatannya,” tegasnya.

Lebih lanjut Dokter Indah menjelaskan bahwa segala macam bentuk hubungan seksual bisa menjadi ajang penularan bila salah satu partisipannya memiliki penyakit. Jadi sifatnya menular dari yang satu, lalu menular ke yang lain akibat adanya kontak.
Satu pertanyaan yang sering ada di benak tapi malu dan takut diutarakan adalah: apakah masih bisa berhubungan intim jika terkena penyakit ini?
“Bisa. Namun menjadi sumber penularan bagi pasangan seksualnya. Oleh sebab itu harus disembuhkan sampai tuntas. Terlebih, terkadang keluhan tidak nyaman dan sakit pada genital menyebabkan gangguan fungsinya,” ungkapnya.
Dokter Indah menyampaikan bahwa hubungan intim akan bisa dilakukan dengan nyaman dan aman setelah sembuh. “Dengan catatan pasangannya juga melakukan pemeriksaan sehingga keduanya tidak menderita penyakit. Apabila salah satu sakit, dan tidak diobati bersamaan, maka akan menimbulkan Fenomena Ping-pong, di mana saling menularkan satu sama lain secara bergantian,” ujarnya.

Satu yang pasti obat penyakit menular seksual eksis di dunia. Namun memang perlu mendatangi dan meminta pertolongan medis dari dokter yang kompeten.
“Pertama dan terpenting berobatlah kepada ahlinya yang kompeten. Berobat ke dokter SpKK (spesialis kulit dan kelamin) supaya diagnosisnya tepat dan mendapatkan pengobatan yang sesuai,” ,” Dokter Indah menekankan.
Kedua, yang tidak kalah penting: melakukan pengobatan sesuai anjuran dokter, sampai tuntas dan dinyatakan sembuh oleh dokter.
“Setiap penyakit memiliki pengobatan tersendiri. Jadi perlu sekali berobat ke dokter yang kompeten. Jangan obati sendiri secara sembarangan, karena dapat menimbulkan kesalahan terapi atau bahkan menimbulkan resisten pengobatan yang malah akan merugikan diri sendiri dan pasangan,” ucapnya.
Apakah ada penyakit seksual yang tidak bisa diobati dan harus melakukan perawatan seumur hidup?
“Salah satu penyakit menular seksual adalah penyakit Herpes Simpleks yang disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks. Penyakit ini bersifat uncurable but treatable, yang artinya penyakit ini tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol sehingga meminimalkan kekambuhan. Penyakit PMS sifilis pun memerlukan terapi jangka panjang dan monitor berkala dalam waktu yang panjang,” jawabnya.

Apa mitos tentang penyakit seksual yang sering kamu dengar? Jika salah satunya adalah yang di bawah ini—mereka adalah mitos.
Mitos #1: Semua penyakit di area kelamin adalah penyakit menular seksual
“Belum tentu. Ada juga penyakit di area kemaluan namun bukan disebabkan akibat kontak seksual. Misalnya keputihan pada perempuan tidak selalu akibat PMS tapi bisa oleh sebab lain,” jelasnya.
Mitos #2: PMS terjadi karena adanya penetrasi
Mitos. “PMS bisa terjadi akibat kontak kulit. Jadi walaupun tanpa penetrasi, penularan bisa saja terjadi,” ujarnya.
Mitos #3: PMS pasti terlihat mata
Salah. Penyakit seperti infeksi HIV tidak dapat langsung dilihat mata. “Keputihan Gonorea pada perempuan belum tentu disadari penderitanya karena infeksi terjadi di mulut rahim sehingga keluhan minimal,” jelasnya.
Mitos #4: PMS hanya terjadi sekali kemudian menjadi kebal
“Salah. PMS bisa berulang-ulang terjadi akibat kontak berulang dengan sumber infeksi. Oleh karena itu perlu pengobatan ke semua pihak yang terlibat,” tegasnya.
Kesimpulan

Penyakit menular seksual bisa menimpa siapapun, laki-laki dan perempuan. Untungnya, penyakit menular seksual bisa dicegah. Caranya? Coba ikuti beberapa tips “sederhana” dari Dokter Indah ini:
- Be faithful atau monogami
- Hindari prilaku seksual bebas atau promiskuitas
- Gunakan kondom (walau tidak melindungi 100%)
- Jaga kebersihan diri
Dan jika seandainya ternyata pasangan mengalami gejala-gejala seperti di atas dan mengindikasikan kemungkinan tertular PMS, “ajak dan antar berobat ke dokter kompeten. Jangan karena malu dan takut, karena akhirnya malah bisa mencari pengobatan abal-abal (dari internet, kata temen, dll) yang malah memperburuk situasi,” sarannya.
Selain itu, sebagai orang tua dan orang dewasa, Dokter Indah juga menekankan untuk menjaga anak kita dan remaja kita. “Berikan pendidikan seks yang baik dan benar. Lindungi mereka dari predator ataupun informasi yang keliru,” pungkasnya.