Apakah Kamu Orang yang Toxic? Kenali Ciri-cirinya

arti toxic
Foto: www.istockphoto.com

Terkadang ketika kita bertemu seseorang yang terbiasa berbicara dengan meremehkan atau menyudutkan, hal ini akan terasa tidak nyaman. Mungkin kita pun pernah mengalaminya atau bahkan berada di dalam lingkungan yang sering disebut dengan perilaku toxic. Namun, apa arti toxic itu sendiri? Bagaimana cara keluar dari lingkungan toxic?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanmu, LIMONE  telah menghubungi Munazilah, M.Psi., Psikolog, Psikolog Klinis dari Munazilah Psychological Practice dan platform online Halodoc, Gooddoctor, serta Kalm.

Apa Arti Toxic?

arti toxic
Foto: www.freepik.com

Menurut Zila, arti toxic adalah “suatu sikap atau perilaku yang disadari atau tidak disadari dapat merugikan orang lain. Kondisi ini bisa menghambat hubungan sosial dengan orang lain,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa “perilaku toxic ini ada beragam, bisa menghina, meremehkan, atau menyudutkan. Selain itu, perilaku ini dapat mengarah pada kekerasan psikis. Hal ini kerap kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, namun tentunya ini merupakan sesuatu yang tidak baik dan termasuk ke dalam perilaku maladaptif,” jelasnya.

Biasanya kondisi ini terjadi disebabkan oleh berbagai macam faktor. “Salah satunya yaitu tumbuh di lingkungan yang penuh tekanan. Sikap-sikap toxic seperti menyalahkan, menghina, meremehkan, atau membuat orang tidak nyaman sudah menjadi sebuah kebiasaan,” lanjutnya.

Perilaku negatif ini secara tidak langsung dapat berdampak pada kehidupan, namun apakah benar orang toxic sulit untuk bahagia?

“Orang dengan sikap atau perilaku toxic memiliki konsep kebahagiaan yang keliru, yaitu menganggap kebahagiaan atau kepuasan dapat diperoleh dari cara-cara yang membuat orang lain menjadi tidak nyaman,” jawab Zila.

Bagaimana Ciri-ciri dari Sifat Toxic?

arti toxic
Foto: www.freepik.com

Pada umumnya, sikap ini dapat ditandai dengan beberapa kondisi yakni:

  • Menghina
  • Meremehkan
  • Menyalahkan
  • Mengintimidasi
  • Mengisolasi
  • Mengancam

Tentunya, perilaku ini juga bisa menular pada orang lain. Ini disebabkan karena individu yang berada dalam lingkungan toxic tidak menyadari bahwa kondisi tersebut merupakan suatu hal yang salah sehingga ditiru dan dilakukan pada orang lain.

“Namun bila disadari, maka individu dapat membatasi dan mem-filter bahwa hal tersebut adalah keliru dan tidak pantas untuk ditiru” paparnya.

Bagaimana Cara Mengatasi Perilaku Toxic?

arti toxic 3 | | Apakah Kamu Orang yang Toxic? Kenali Ciri-cirinya
Foto: www.pexels.com

Ketika mendapati seseorang dengan perilaku tersebut, tentunyakita perlu berhati-hati ketika berbicara dengannya untuk meminta menghilangkan sikap tersebut. Namun, kamu bisa mengingatkannya dengan “menyampaikan komunikasi secara asertif, yaitu mengatakan apa yang ditujukan tanpa menyakiti perasaannya,” saran Zila.

“Pernyataan diawali dengan aku, seperti ‘Aku akan merasa lebih nyaman apabila kamu mendengarkan pendapatku dan mempertimbangkannya terlebih dahulu atau tidak memaksa’. Atau, ‘Aku merasa keberatan bila…,’” contohya.

Apabila setelah disampaikan, tidak ada perubahan dalam dirinya, maka “it’s ok untuk membuat batasan (bukan membenci), namun berkomunikasi secukupnya saja,” anjurnya.

Namun, bagaimana jika sikap tersebut justru dimiliki oleh diri kita sendiri?

Zila memberikan saran untuk “menyadari dan melakukan evaluasi terhadap cara kita dalam memperlakukan orang lain. Membaca literatur dari sumber yang jelas atau konseling dengan psikolog agar didampingi untuk psikoedukasi terkait sikap toxic. Serta mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan menuju sikap atau perilaku yang sehat,” tuturnya.

Apakah Bisa Mencegah Munculnya Perilaku Toxic?

arti toxic 4 | | Apakah Kamu Orang yang Toxic? Kenali Ciri-cirinya
Foto: www.rawpixel.com

Tidak hanya diatasi, perilaku negatif ini juga bisa dicegah guna memberikan dampak buruk bagi kehidupan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mencintai diri sendiri.

“Saat mampu mencintai diri, maka kita juga bisa memperlakukan orang lain dengan baik. Mengetahui cara-caranya sesuai yang dilakukan ke diri sendiri. Serta memperlakukan orang lain seperti bagaimana kita ingin diperlakukan,” ujarnya,

Mencegah sikap toxic juga bisa dilakukan dari luar diri, yaitu “dengan memilih lingkungan sehat yang membuat kita dapat bertumbuh. Seperti saling mendukung, sharing, terbuka, dan saling menegur dengan baik tanpa harus menyakiti,” ucap Zila.

Bagamana dengan Toxic Relationship?

arti toxic
Foto: www.rawpixel.com

Zila menuturkan bahwa toxic relationship merupakan hubungan yang dapat menimbulkan perasaan negatif, tidak aman, dan merasa kehilangan diri sendiri saat bersama orang lain yang ada dalam hubungan tersebut.

Toxic dalam hubungan erat dengan kekerasan psikologis, yaitu dengan cara mengancam, menghina, merendahkan, mengintimidasi, dan mengisolasi. Toxic relationship sebenarnya tidak hanya hubungan dengan pasangan, namun juga bisa ke teman, keluarga, atau lingkungan kampus dan kantor,” ucapnya.

Ketika berada dalam kondisi tersebut, maka terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan menurut Zila, yaitu:

  • Tentukan tujuan dan harapan dalam menjalin hubungan, serta pahami risiko dan konsekuensinya.
  • Sadari bahwa diri kita berhak dan pantas diperlakukan dengan baik, belajar dan menjaga self love.
  • Komunikasi asertif serta lugas, sehingga orang lain paham dan tidak menimbulkan arti ganda.
  • Mendengarkan aktif, tidak hanya mendengar namun berusaha merasakan apa yang dimaksud lawan bicara.
  • Setting boundaries, do dan don’t. Serta it’s OK to say NO.

Kesimpulan

arti toxic 6 | | Apakah Kamu Orang yang Toxic? Kenali Ciri-cirinya
Foto: www.freepik.com

Perilaku tidak baik ini tentunya perlu segera diatasi, karena hal ini dapat secara tidak langsung memengaruhi kehidupanmu.

Untuk itu, “sadari, pahami, dan komitmen untuk  menjadi individu yang lebih dewasa dan matang. Selalu ada kesempatan untuk memperbaiki selama ada kemauan,” ujar Zila.

Sementara untukmu yang berada dalam lingkungan yang toxic, Psikolog Klinis ini berpesan untuk membuat batasan dan menyadari bahwa kita tidak bisa mengendalikan dan mengubah perilaku orang lain.

“Yang bisa kita lakukan adalah sebatas mengomunikasikannya. Fokuskan ke dalam hal yang dapat kita kendalikan, yakni pikiran, perasaan atau emosi, dan perilaku kita,” tutupnya.

error: Konten dilindungi !!