Buku Ini Akan Mengajarkan Kita tentang Pengertian Toleransi

Perkenalkan Brian, anak laki-laki yang tidak terlihat. Selama hidupnya, sepertinya tidak pernah ada orang yang melihatnya, memikirkan atau mengajaknya bergabung ke dalam grup, permainan atau acara ulang tahun. Namun, segalanya ini berubah ketika ada anak baru di kelasnya. Perkenalkan Justin, anak baru dan anak pertama yang mengajak Brian untuk bermain. Dan ketika keduanya bergahubung menjadi satu tim dalam proyek kelas, Brian ternyata bukanlah anak biasa.

Ditulis oleh penulis buku terkenal Trudy Ludwig dan ilustrasi oleh Patrice Barton, buku ini mengajarkan tentang bagaimana perbuatan baik bisa membantu anak-anak untuk menjadi lebih tumbuh optimal. Orang tua atau guru yang ingin mengajarkan tentang pengertian toleransi bisa melakukannya dengan mengajak anak membaca buku ini.

Latar belakang waktu di buku adalah 1969, ketika Apollo 11 sedang mempersiapkan misinya ke Bulan. Di sisi lain, Mimi, seorang anak berdarah Afrika Jepang, baru pindah ke Vermont, kota yang didominasi orang kulit putih—dan dia merasa asing. Tiba-tiba Mimi sangat menyadari betapa berbeda penampilan fisiknya, dan ini membuatnya kesulitan beradaptasi di sekolah. Dan meski banyak tantangan, cita-citanya untuk menjadi astronot tidak pernah surut.

Cita-cita Jamie Grimm? Menjadi seorang stand-up comic terbaik di dunia. Dia tidak peduli bahkan jika dia memakai kursi roda.

Setelah memenangkan babak final Planet’s Funniest Kid Comic Contest, Jamie berangkat ke Boston untuk bertanding di ajang semi-final nasional. Namun, salah satu teman baiknya mendapatkan masalah yang membuatnya harus menunda mimpinya ini. Bisakah cita-citanya terwujud? Yuk, baca buku yang mengajarkan pengertian toleransi ini sekarang juga.

Diterbitkan pertama kali di 2012, Wonder telah menjadi buku yang dibaca oleh banyak orang dari berbagai generasi dan laris di berbagai belahan dunia. Pesannya sangat sederhana, yakni meminta semua orang di dunia ini untuk #ChooseKind.

Tokoh utamanya adalah seorang anak lak-laki berumur 1 tahun bernama Auggie yang memiliki kondisi ‘mandibulofacial dysotosis’ atau ‘Treacher-Collins syndrome’ atau ‘cacat lahir wajah yang langka’. Sejak lahir Auggie sudah menjalani 27 operasi, dan selama ini hanya home schooling. Namun, hidupnya menjadi berbeda ketika akhirnya menempuh pendidikan di Beecher Prep. Setelah membaca bukunya, jangan lupa menonotn filmnya, ya (dibintangi Julia Roberts, Owen Wilson dan Jacob Tremblay).

Ah, sepertinya tidak perlu panjang lebar menjelaskan novel yang diterbitkan pada 1960, pemenang Pulitzer Prize, dan menjadi buku klasik ini. Yang pasti plot dan karakter-karater di dalam buku ini terinspirasi dari observasinya terhadap keluarga, tetangga dan peristiwa yang terjadi kotanya, Monroeville, Alabama, pada 1936, ketika dia berusia 1 tahun.

Tidak hanya fokus pada isu-isu serius seperti pemerkosaan, HAM, dan pengertian toleransi, buku ini juga terkenal karena disampaikan dengan humor dan hangat.

Diterbitkan pada 2012, karakter utama di buku ini adalah Eleanor dan Park, dua remaja canggung yang hidup di Omaha, Nebraska dari tahun 1986 hingga 1987. Eleanor, seorang remaja berusia 16 tahun, berambut merah, dan chubby. Dia bertemu Park, seorang remaja berdarah Amerika-Korea, di bus sekolah di hari pertamanya. Park jatuh cinta dengan Eleanor dan Eleanor belajar mengerti Park.

Eleanor & Park adalah sebuah cerita tentang dua remaja yang pintar, sadar benar bahwa cinta pertama hampir tidak pernah bertahan, tapi tetap berani mencobanya.

Jika selama ini kamu hanya mendengar tentang sosoknya melalui televisi, ini adalah saat yang tepat untuk membaca memoirnya. Buku ini menceritakan tentang seorang remaja berusia 16 tahun yang mempertaruhkan hidupnya demi bisa menyuarakan keinginannya untuk mendapatkan hak bersekolah setelah Taliban menguasai Swat Valley di Pakistan.

Perkenalkan Maria Griffiths, seorang perempuan trans muda yang tinggal di New York City, yang mencoba untuk tetap setiap pada idealisme punk-nya saat bekerja di toko retail. Dan ketika dia menemukan bahwa pacarnya berbohong, hidup yang sudah dibangunnya dengan susah pelan-pelan hancur. Diceritakan dengan gaya bahasa yang lucu dan berani, buku ini akan mengubahmu ketika setelah membacanya.

Berbeda dengan buku lain di dalam daftar ini yang mengetengahkan pengertian toleransi, The Arrival adalah sebuah “novel grafis” tanpa kata yang diterbitkan pada 2006. Buku ini memiliki 128 halaman dan dipisah menjadi 6 bagian.

Tanpa teks, Shaun Tan menceritakan kehidupan seorang imigran di sebuah lokasi tanpa nama. Penulis buku ini sendiri mengaku ingin agar pembaca belajar tentang empati, terutama tentang imigran yang sering kali dilihat sebagai sebuah sumber masalah.

Berlatar belakang india pada tahun 1947, A Beautiful Lie fokus pada peristiwa bersejarah Pemisahan India dari kacamata Bilal. Ayahnya sekarat, dan Bilal melakukan segala cara untuk menyembunyikan kondisi India pada saat itu. Pertama-tama dia melibatkan teman-temannya, lalu seluruh warga kampung untuk menutupi kerusuhan di sana.

Jika waktu bisa diputar, Dani dan Mamo harusnya tidak boleh bertemu. Dua orang ini memiliki dua kehidupan yang sangat berbeda di Ethiopia. Dani super kaya, dan Mamo tidak punya rumah. Namun, keduanya dalam perjalanan melarikan diri; satu dari ayah yang diktator, satunya lagi dari pekerjaan menjadi budak. Satu-satunya cara agar keduanya bertahan hidup adalah saling memercayai satu sama lain.

Berhasilkah keduanya mendapatkan kebahagiaan? Yang pasti Elizabeth Laird terinspirasi membuat buku ini setelah hidup dan bekerja di Ethiopia saat masih berusia 20an.

Hidup Jessie selalu berubah. Dan tengah-tengah kesulitannya menghadapi sebuah perubahan, satu-satunya yang selalu di sampingnya adalah neneknya. Namun, sang nenek bertambah tua dan Jessie tidak yakin bisa menghadapi hidupnya sendiri. Apalagi ada banyak pembully di sekitarnya. Belum lagi Snowy, anjing milik neneknya yang harus dijaga oleh Jessie.

Sambil menjaga neneknya sakit, Jessie mengerjakan sebuah proyek sekolah tentang Nazi. Saat melakukan ini, Jessie mengerti bahwa terkadang orang melakukan hal yang jahat ketika berada di bawah tekanan.

Ditulis oleh Naoki Higashida ketika dia berusia 13 tahun, buku memoir ini memberikan gambaran yang langka tentang tingkah laku anak dengan autisme. Dengan menggunakan format pertanyaan dan jawaban, Naoki menjelaskan berbagai hal. Mulai dari mengapa dia suka berbicara lantang atau mengulang pertanyaan yang sama, hingga apa yang menyebabkan dia mengalami panic attack, dan mengapa dia suka loncat.