Tanya Psikolog: Apakah Salah Jika Kita Mudah Jatuh Cinta?

jangan mudah jatuh cinta
Ilustrasi: www.freepik.com

Berapa kali dalam setahun kamu jatuh cinta? Lebih tepatnya, jatuh cinta kepada orang yang berbeda. Atau kamu orang yang memiliki prinsip ‘jangan mudah jatuh cinta’?

Jika frekuensinya sering, mungkin ini membuatmu bertanya-tanya: apakah hal tersebut adalah sesuatu yang normal? Apalagi mengingat ibu di rumah sering kali mewanti-wanti: ‘jangan mudah jatuh cinta!’ (baik dengan nada lembut atau disertai dengan banyak tanda seru).

Untuk membantu menjawab tentang apakah memang harus jangan mudah jatuh cinta, LIMONE menghubungi Ratna Sari M.Psi.,Psikolog.,CH.Cht.,CPNNLP, seorang psikolog klinis, Founder Ertamentari Psikolog Surabaya.

Scroll down dan pastikan membaca sampai habis artikel ini untuk mengetahui apakah saran ‘jangan mudah jatuh cinta’ adalah sesuatu yang valid dan tepat.

Apa yang Menyebabkan Seseorang Jatuh Hati?

jangan mudah jatuh cinta
Foto: www.unsplash.com

“Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dan dalam interaksinya bersama dengan orang-orang di sekelilingnya secara naluriah akan bertemu dengan berbagai macam karakter. Namun hanya beberapa karakter tertentu yang akhirnya dipilih untuk dijadikan sebagai orang terdekat, yaitu teman atau yang lebih dalam lagi yaitu kekasih atau pacar,” Ratna menjelaskan.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa pemenuhan rasa nyaman, aman, diperhatikan, diperlakukan secara khusus, dihargai, dan “kebutuhan akan adanya partner untuk berbagi/ berdiskusi merupakan alasan mengapa seorang jatuh cinta.”

Dengan kata lain: “Penyebab orang jatuh cinta adalah karena adanya kebutuhan untuk bersama, saling melengkapi kebutuhan akan rasa nyaman, aman, diperhatikan, diperlakukan secara khusus, dihargai, dan kebutuhan akan adanya partner berbagi/ berdiskusi,” imbuhnya.

Dan jangan heran jika ketika kamu atau seseorang yang kamu kenal menjadi (sedikit/banyak) berubah saat sedang termehek-mehek dengan seseorang. Pasalnya, akan ada “banyak toleransi/kompromi,” yang terjadi.

Plus, satu sama lain juga akan berusaha menerima pasangan apa adanya, meyakini bahwa pasangan adalah orang terpenting dalam hidup, dan gairah beraktivitas juga meningkat.

“Bahkan jika kita melihat yang terjadi secara fisik di otak kita, dopamin dan oksitosin mendominasi di otak dan ini berhubungan dengan rasa senang yang muncul. Bahkan saat jatuh cinta tubuh kita cenderung kebal pada rasa sakit,” tambahnya. Ah, kalau kata Celine Dion, the power of love.

Apakah Memang Ada Tipe Orang yang Mudah Mencintai Orang Lain?

jangan mudah jatuh cinta
Foto: www.rawpixel.com

“Mudah tidaknya seorang jatuh cinta berkaitan dengan pengalaman hidup yang dilaluinya,” tegas Ratna.

Menurutnya, kadang kala peristiwa traumatik (pengalaman tidak menyenangkan) yang dialami seseorang bisa menjadi penyebab dirinya enggan membuka hati atau berelasi secara mendalam dengan pasangan.

Di sisi lain, “ada juga yang karena tidak mendapatkan kecukupan perhatian dan kasih sayang mengakibatkan mereka mudah jatuh cinta atau tertarik pada orang lain. Dan ia berharap mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari pasangan yang selama ini tidak didapatkan dari orang-orang di rumahnya, yang seharusnya memberikan kecukupan kasih sayang sejak ia lahir,” paparnya.

Mudah mencintai juga bisa terjadi pada seseorang yang sudah punya pasangan. Hal ini dipicu beberapa faktor, salah satunya komunikasinya dengan pasangan resminya mungkin hanya berjalan satu arah. “Sehingga dia mudah jatuh cinta lagi kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan yang tidak didapatkannya,” tambahnya.

Namun perlu diingat: “Kita semua memiliki kemampuan mengendalikan diri; tidak semua kebutuhan harus disalurkan. Kita dibatasi oleh norma sosial dan kehidupan bermasyarakat,” tekannya.

Apakah kita benar-benar mencintai orang tersebut, atau sebenarnya itu hanya sekadar suka?

“Kalau suka itu lebih pada kekaguman kita melihat seseorang yang nampak menarik dan punya karakter menyenangkan bagi kita, namun tidak ada harapan untuk bersama sebagai pasangan,” terangnya.

Plus, “suka memiliki level lebih dangkal ketimbang cinta. Orang mencintai pasti menyukai, tapi orang menyukai belum tentu mencintai,” tegasnya.

Kesimpulan

fall in love 3 | | Tanya Psikolog: Apakah Salah Jika Kita Mudah Jatuh Cinta?
Foto: www.freepik.com

Ratna menjelaskan bahwa orang yang gampang jatuh hati biasanya sulit untuk merasa puas hanya dengan satu pasangan. Itulah sebabnya psikolog satu ini menyarankan untuk jangan mudah jatuh cinta.

“Mereka cenderung memilih terus berinteraksi dengan orang-orang baru untuk mendapatkan sensasi perhatian dan kasih sayang yang sempurna versi mereka. Mereka juga tidak memiliki target atau standar khusus yang menjadi penilaian atas pasangan seperti apa yang akan mereka pilih,” terangnya.

Dan orang yang mudah mencintai seseorang cenderung tidak menjajaki hubungannya dengan serius. Pasalnya, “kebutuhan mereka adalah pasangan memenuhi need-nya. Biasanya orang yang mudah jatuh cinta tidak memiliki patokan apa dan bagaimana pasangannya, sehingga menjalani hubungan atas dasar trial and error saja,” paparnya.

Itu adalah efek samping dari mudah begitu mudah hopelessly fall in love. Apakah ini berarti lebih baik ‘jangan mudah jatuh cinta’ atau ‘sulit mencintai orang lain”?

“Jangan mudah jatuh cinta, karena dengan tidak mudah jatuh cinta menunjukkan kita punya kriteria pasangan yang sesuai untuk diri kita dan itu juga pertanda kita telah selangkah belajar mencintai diri kita,” tegas Ratna.

Jadi, bagaimana menurut kamu? Bisakah untuk menerapkan prinsip ‘jangan mudah jatuh cinta’?

error: Konten dilindungi !!