Bagaimana Mengenali Alergi Susu Bayi? Ini Jawaban Dari Dokter

susu bayi
Foto: www.canva.com

Ketika bayi baru saja lahir ke dunia, tentunya sangat disarankan untuk diberikan ASI secara eksklusif. Namun alih-alih mengonsumsi ASI, terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan susu bayi yang diberikan dalam bentuk formula.

Pemberian susu bayi jenis ini juga dapat membuat si kecil merasakan reaksi alergi setelah meminumnya. Jika bayi mengalami alergi, lalu apa yang perlu dilakukan? Apakah harus mengganti merek susu?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kamu dapat membaca penjelasan dari dr.Melia Yunita, MSc, SpA, seorang dokter spesialis anak dari Eka Hospital Cibubur yang membahas tentang alergi susu bayi dan cara menanganinya.

Apakah Bayi Bisa Mengalami Alergi?

susu bayi
Foto: www.unsplash.com

“Bisa. Kalau kita mau bicara alergi secara umum bukan ngomongin susu aja, ya. Jadi pada seorang bayi kalau dia lahir dari kedua orang tua yang tidak mempunyai riwayat alergi maka si bayi ini masih memiliki kemungkinan untuk terkena alergi atau mempunyai risiko terkena alergi itu sebesar 5 sampai 15%,” jelas Dokter Melia.

Sementara jika salah satu orang tuanya baik ayah maupun ibu, atau saudara kandungnya memiliki riwayat alergi, maka sang bayi memiliki risiko alergi yang lebih tinggi yakni sebesar 20-40%.

Begitu pun dengan kedua orang tuanya yang memiliki riwayat alergi, maka tingkat risiko bayi terkena alergi sebesar 40-60%. Risiko alergi pada bayi akan semakin tinggi jika kedua orang tua memiliki alergi yang sama, sehingga tingkat risikonya mencapai 60-80%.

Lantas, bagaimana dengan alergi terhadap susu bayi?

“Istilah awamnya alergi susu sapi, tetapi sebenarnya secara medis dia itu alerginya terhadap protein dari susu sapi. Jadi pada susu itu terdapat kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Nah, yang disebut alergi itu biasanya adalah alergi terhadap protein pada susu sapi,” papar Dokter Spesialis Anak ini.

Bagaimana Gejala Alergi yang Diakibatkan dari Susu Bayi?

susu bayi
Foto: www.unsplash.com

Menurut Dokter Melia, gejala yang dialami dapat meliputi tiga sistem dalam tubuh, yakni:

Sistem pencernaan

Pada sistem pencernaan, alergi susu bayi akan menyebabkan si kecil mengalami diare, muntah, kolik, atau bahkan diare berdarah yang kemudian berhubungan dengan pencernaan.

Sistem pernapasan

Manifestasi pada organ yang kedua adalah organ pernapasan atau organ respirasi. “Itu biasanya manifestasinya dalam bentuk anaknya batuk-batuk, napasnya mengeluarkan bunyi, nah itu bisa menjadi salah satu kemungkinannya,” ujarnya. 

Kulit

Gejala yang terjadi pada kulit bayi dapat dilihat dengan kulit yang berwarna kemerahan, “Orang awam sering menyebutnya sebagai dermatitis atau eksem, (munculnya) merah-merah di pipi,” paparnya.

Alergi terhadap susu bayi terbagi menjadi dua macam, yakni ringan-sedang dan berat. Jika masuk ke dalam kategori ringan-sedang, biasanya ditandai dengan munculnya sedikit eksem dan batuk ringan.

“Tapi kalau sampai manifestasi yang berat itu kadang bisa membuat anaknya menjadi gagal tumbuh, berat badannya nggak bisa naik,” tuturnya.

Bagaimana Cara Mengatasi Alergi Susu Bayi?

susu bayi 3 | | Bagaimana Mengenali Alergi Susu Bayi? Ini Jawaban Dari Dokter
Foto: www.rawpixel.com

Untuk mengatasi alergi susu bayi yang dialami oleh anak, hal pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan alergi tersebut memang disebabkan karena mengonsumsi susu formula.

Karena bisa saja alergi ini disebabkan karena adanya bulu binatang, debu, atau asap rokok sehingga membuat bayi mengalami batuk. 

“Jadi diagnosis alergi susu sapi ini sering jadi sesuatu yang terlalu overdiagnosis. Mungkin sebenarnya bukan karena susu sapi, tapi alergi terhadap bahan yang lain,” saran Dokter Melia.

Oleh karena itu yang pertama kali harus dilakukan adalah konsultasi dengan dokter anak untuk memastikan apakah betul (kulit) merah-merahnya itu alergi.

“Apakah betul batuk-batuknya alergi. Karena ada juga (kulit) merah-merah atau batuk yang bukan karena alergi. Maka pastikan dulu itu alergi atau bukan,” jawabnya.

Setelah mengetahui dengan jelas bahwa gejala yang ditimbulkan akibat dari susu sapi, maka pengobatan yang perlu dilakukan adalah menghindari pencetusnya.

Ketika bayi mengalami alergi yang disebabkan oleh susu sapi, maka jangan memberikan susu sapi yang umum. Untuk itu orang tua perlu memilih susu sapi dengan formula khusus.

“Formula khususnya apa? Itu ada banyak macam. Itu juga harus dikonsultasikan oleh dokter anak, Jangan membiasakan gunta-ganti merek susu sendiri,” tegasnya.

“Di Indonesia ini sering banget orang tua yang merasa ‘Ah ini eksem’, ‘Ini alergi susu sapi’, ‘Aku mau coba ganti ke susu A deh’, karena mungkin kemarin saudaranya ada yang ganti susu kemudian (kulit) merah-merahnya hilang, jadi ikut-ikutan. Sebenarnya itu tidak boleh,” ungkapnya.

“Karena semua susu formula di luar ASI itu harus dengan resep dokter, harus dengan instruksi dokter. Kalau di luar negeri, pemberian susu formula itu dengan resep (dokter). Hanya di Indonesia ini agak sulit ya, masyarakat sering beli sendiri, sering ganti susu sendiri. Padahal belum tentu cocok untuk bayinya,” tambah Dokter Melia.

Apakah Bisa Mencegah Timbulnya Alergi Akibat Susu Sapi?

susu bayi 4 | | Bagaimana Mengenali Alergi Susu Bayi? Ini Jawaban Dari Dokter
Foto: www.rawpixel.com

Secara umum, pencegahan alergi akibat susu bayi dapat dilakukan sejak dini, yakni sejak dalam kandungan. Ketika ibu berada dalam kondisi hamil, usahakan jangan terlalu memilih-milih makanan.

Biasanya masih ada kebudayaan atau mitos-mitos yang beredar, bahwa ibu hamil tidak diperbolehkan untuk memakan makanan tertentu karena akan berdampak pada anak.

“Dari jurnal-jurnal yang saya baca, ternyata kalau ibu yang terlalu pilih-pilih makanan pada saat hamil itu justru malah meningkatkan risiko alergi ke bayinya ketika lahir. Jadi jangan dipantang-pantang untuk makanan atau minuman dari ibunya,” sarannya.

Kesimpulan

susu bayi
Foto: www.freepik.com

Seperti yang diketahui, bayi yang baru lahir disarankan untuk diberikan ASI. Namun, terdapat beberapa kondisi ibu atau kondisi bayi yang menyebabkan tidak bisa diberi ASI, yakni di mana ketika bayi mengalami kondisi penyakit Galaktosemia klasik, Maple syrup urine disease, Fenilketonuria.

“Kemudian juga pada bayi prematur dan berat badan kecil, itu juga kadang-kadang dibutuhkan susu formula yang khusus untuk bayi prematur,” paparnya.

Sedangkan untuk ibu yang disarankan untuk tidak menyusui atau tidak memberi ASI adalah ketika ibu dalam kondisi HIV positif.

Kemudian untuk yang bersifat sementara atau temporer yakni ketika ibu memiliki penyakit tertentu seperti penyakit parah sehingga menghalangi ibu untuk merawat bayi.

“Misalnya abis melahirkan ternyata ibunya dirawat di ICU dan tidak sadar, kondisinya tidak bagus. Nah, itu boleh diberikan susu formula untuk sementara waktu pada bayinya,” jelasnya.

Sementara itu, jika memang bayi berada dalam kondisi yang mengharuskannya untuk diberi susu bayi formula dan mengalami alergi setelah mengonsumsi susu sapi, maka perlu dikonsultasikan dengan dokter anak sejak awal. 

“Dari mulai menentukan diagnosis alergi atau tidak dan alergi terhadap apa itu harus (konsultasi) dengan dokternya,” tekannya.

“Dan kalau memang sudah tegak diagnosisnya dari awal, pasti dokter akan memberi saran ‘Nanti pake ini ya bu’, ‘Cara mengatasinya ini ya’, ‘Dua minggu lagi nanti kontrol, ya’, diikuti saja. Kalau memang disuruh kontrol ya, harus kontrol, jangan akhirnya memutuskan untuk mengobati sendiri,” anjur Dokter Melia.

error: Konten dilindungi !!