Seperti yang kamu tahu, ada stres buruk (bad stress) dan stres baik (good stress). Stres buruk bisa menyebabkan penyakit, sementara yang baik memberikan efek yang positif. Misalnya, hasil dari penelitian terbaru yang menemukan bahwa orang-orang cenderung memberikan dukungan emosional kepada orang lain ketika mereka sendiri stres. Aha.
Para peneliti ini mewawancarai lebih dari 1.600 partisipan selama delapan hari. Dan di setiap penghujung hari, setiap orang ditanya tentang apa yang membuat mereka stres hari itu (pekerjaan, sekolah atau masalah di rumah). Kepada partisipan ini juga diajukan apakah mereka memberi atau memberi dukungan emosional pada hari itu. Hasilnya? Studi yang diterbitkan di jurnal Stress & Health ini menyimpulkan bahwa kemungkinannya lebih besar seseorang memberikan atau menerima bantuan emosional ketika sedang stres. Dan rasa ini bertahan sampai keesokan harinya.
“Kami memperhatikan bahwa sesoerang yang mengalami stres hari ini, bisa diprediksi akan memberikan dukungan emosional keesokan harinya,” kata David Almeida, Ph.D, profesor perkembangan manusia dan studi keluarga dari Penn State. “Ini membuat saya berpikir bahwa ada kemungkinan stres membuat kamu menolong orang lain dan membuatmu bersedia membicarakan masalah—masalahmu, masalah saya.”
Ini artinya, bad day ada hikmahnya. Good stress itu ada manfaatnya.
“Penemuan kami memperlihatkan bahwa hanya karena kita mengalami hari yang buruk, tidak berarti harinya menjadi hancur,” kata Almeida. “Jika stres bisa membuat kita terkoneksi dengan orang lain, yang merupakan sesuatu yang sangat penting bagi hidup manusiaa, berarti stres memiliki manfaat. Stres bisa berpotensi membantu orang menghadapi situasi-situasi negatif dengan mendekatkan diri pada orang lain.
Intinya, para peneliti ini berharap studi ini bisa memberikan alternatif dalam mengatasi stres, yakni dengan melakukan interaksi sosial.
Itulah sebabnya dalam hidup, kita butuh teman atau tempat curhat. Dan jika kamu merasa semakin lama, jumlah temanmu semakin sedikit, mungkin ini penyebabnya.
