Tanya Psikolog: Apakah Baby Blues Syndrome Sama dengan Postpartum Depression?

baby blues syndrome
Foto: www.gettyimages.com

Merasa sedih, cemas, dan kelelahan setelah melahirkan merupakan kondisi yang dialami oleh setiap ibu. Kondisi ini dikenal dengan nama baby blues syndrome. Munculnya kondisi ini sering disamakan dengan postpartum depression atau depresi pasca persalinan.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang baby blues syndrome dan postpartum depression, LIMONE menghubungi Arindah Arimoerti Dano, S. Psi., M.Psi., Psikolog, salah satu psikolog klinis dari Pijar Psikolog dan TigaGenerasi

Baby blues bisa dikatakan sebuah kondisi normal, di mana terjadi perubahan mood ibu setelah melahirkan. Jadi ini adalah sebuah reaksi normal. Kalau dari statistika, hampir setengah dari ibu-ibu di Amerika itu mengaku mengalami gejala dari baby blues syndrome,” jelasnya.

Menurutnya, jangka waktu terjadinya baby blues syndrome sangat bervariasi. Dalam rentan waktu yang normal biasanya akan terjadi selama dua minggu pertama setelah melahirkan. Namun jika keadaan ini berlangsung lebih dari dua minggu bahkan hingga berbulan-bulan, maka perlu diselidiki lebih lanjut. 

Apa Gejala Baby Blues Syndrome?

baby blues syndrome
Foto: www.freepik.com

Seorang ibu akan mengalami baby blues ditandai dengan beberapa gejala mulai dari perubahan emosi hingga perilaku terhadap anak. Perubahan emosi yang ibu alami yakni merasa sedih, tidak senang, bahkan cemas yang berlebihan. Selain itu ibu akan merasa kelelahan dan gelisah. 

Dari segi perilaku, seorang ibu dapat menghindari sang anak. Namun tingkatan menghindari anak akan berbeda-beda pada setiap ibu, ada beberapa ibu yang menghindari anaknya di waktu-waktu tertentu bahkan ada yang menghindari dengan ekstrim. 

“Tapi sebenarnya kalau baby blues perilaku menghindari anaknya itu biasanya cenderung ketika dia sudah overwhelmed; anak menangis terus, teriak terus. Ternyata pitch dari suara tangisan anak sangat tinggi dan pitch itu sama dengan pitch suara yang mengganggu manusia secara umum, misalnya suara bising dari knalpot motor,” ungkapnya.

Pitch-nya relatif sama sehingga memang ketika mendengar anak menangis ada stimulus yang secara alami kita respon sebagai stres . Bisa jadi perubahan perilakunya juga dalam bentuk penghindaran dari bayinya itu sendiri atau penghindaran interaksi dengan orang lain,” lanjutnya.

Selain itu perilaku ini juga bisa membuat seorang ibu mengurung diri baik dari sang suami bahkan dari lingkungan sosial seperti kerabat. 

Apakah Sama dengan Postpartum Depression?

baby blues syndrome
Foto: www.freepik.com

Memiliki gejala yang hampir sama, sering kali baby blues disamakan dengan postpartum depression. Padahal menurut Arindah, kondisi ini jelas berbeda. Perbedaan yang paling awal adalah jangka waktu dari keduanya. 

Kondisi baby blues syndrome cenderung lebih singkat yakni terjadi selama dua minggu hingga tiga minggu pasca melahirkan. Sementara untuk postpartum depression jangka waktunya adalah lebih dari dua minggu bahkan hingga berbulan-bulan.

Selain dari jangka waktu, perbedaan yang kedua adalah intensitas dari gejala yang muncul. Intensitas emosi yang muncul seperti rasa sedih, rasa ketidakpuasan, bahkan kelelahan akan terasa lebih intens ketika sudah dalam tahapan postpartum depression. Sehingga akhirnya menimbulkan gangguan lain dalam fungsi seorang ibu.

“Misalnya kemampuan mengurus diri sendiri, atau kemampuan berkomunikasi dengan pasangan dan jadi lebih sering bertengkar. Atau mungkin bisa jadi bentuknya adalah muncul perasaan-perasaan bersalah, perasaan-perasaan tidak berguna, perasaan inferior yang dirasakan oleh ibu sehingga akhirnya juga mengganggu atau mengubah bagaimana ibu menghadapi atau memberikan pengasuhan dan kelekatan pada anak,” paparnya.

Apa Faktor Penyebab Baby Blue Syndrome?

baby blues 5 | | Tanya Psikolog: Apakah Baby Blues Syndrome Sama dengan Postpartum Depression?
Foto: www.freepik.com

Apakah baby blues menyerang semua ibu yang melahirkan?

“Semua ibu memiliki kerentanan yang sama mengalami baby blues. Tapi bukan berarti semua ibu akan mengalami baby blues, tidak. Tergantung dari banyak faktor,” ujarnya.

Untuk itu kondisi ini merupakan respon yang normal ketika seorang ibu mengalami baby blues. Karena ketika seseorang memiliki bayi maka secara langsung akan mengalami perubahan yang sangat signifikan. 

Faktor Penyebab Baby Blues 

Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab seorang ibu mengalami baby blues syndrome

Faktor Biologis

Faktor pertama terdapat pada sisi biologis, karena setelah melahirkan maka cara kerja otak seorang ibu akan berubah. Perubahan yang paling signifikan adalah meningkatnya rasa cemas. 

“Otak ibu setelah melahirkan memang berubah menjadi lebih sensitif terhadap ancaman, menjadi lebih sensitif terhadap kebutuhan orang lain, dan juga sensitif terhadap hambatan-hambatan dari luar,” tutur Arindah.

Menurutnya ini merupakan bentuk respons yang wajar dan merupakan kemampuan dasar yang dimiliki seorang ibu. Karena seorang ibu perlu memiliki kemampuan untuk melindungi dan membesarkan anaknya dengan baik. 

“Insting melihat sesuatu hal yang membahayakan, kemudian memahami kebutuhan orang lain, ini adalah skills dasar dari seorang ibu yang akan melakukan pengasuhan,” ungkapnya.

Kemampuan seorang ayah dan ibu dalam mengidentifikasi kebutuhan anak tentunya akan berbeda. Ibu akan jauh lebih sensitif dan tepat ketika memahami kebutuhan anaknya. 

“Hal ini terjadi tidak jauh dari perubahan cara kerja otak ibu itu sendiri. Sehingga akhirnya seorang ibu secara biologis sudah mulai siap untuk memahami orang lain, dalam hal ini adalah anaknya,” jelasnya. 

Seorang ibu akan menjadi lebih sensitif ketika menghadapi ancaman-ancaman yang datang dari luar karena insting ibu akan melindungi anaknya. Seorang ibu memiliki radar yang sangat sensitif dengan bahaya baik itu terhadap anaknya, suaminya, bahkan keluarganya. Perubahan inilah yang menjadikan seorang ibu menjadi lebih rentan mengalami masalah emosional.

Faktor Peran

Perubahan peran juga menjadi faktor yang menyebabkan seorang ibu mengalami baby blues syndrome. Ketika sebelum menikah, perempuan memiliki peran sebagai anak dari orang tua atau peran sebagai pekerja. Ketika menikah, peran perempuan bertambah dengan menjadi seorang istri, kemudian setelah melahirkan peran akan bertambah menjadi seorang ibu. 

“Perubahan inilah yang cukup signifikan memengaruhi dan menjadi stresor bagi ibu. Karena tanggung jawabnya bertambah, hal yang perlu di-handle dan dipikirkan lebih banyak. Sehingga akhirnya terjadilah stres, akhirnya semakin rentan mengalami perubahan emosional,” katanya.

Faktor Siklus Hidup

Perubahan peran seorang ibu juga turut diikuti dengan penambahan tanggung jawab, perubahan tugas, dan perubahan siklus hidup. 

“Pada dasarnya manusia akan merasakan stres ketika terjadi perubahan besar dalam hidupnya. Kalau dalam konteks ibu, perubahan besar terjadi saat rutinitas kita berubah semua. Yang tadinya malam-malam bisa tidur enak sekarang harus bangun setiap dua jam sekali. Bangun bukan cuma buat buka mata aja tapi untuk menyusui anak atau ganti popok anak, jadi jatah tidur kita yang tadinya mungkin bisa 6-8 jam sekarang jadi jauh berkurang,” ujar Arindah.

Ia menambahkan bahwa tidur merupakan hal yang sangat penting dalam regulasi emosi dan menjaga stabilitas mood seorang manusia. Sehingga ketika seorang ibu kurang tidur maka akan lebih rentan mengalami permasalahan emosi.

Selain itu waktu untuk merawat diri dan melakukan aktivitas yang disukai juga akan berkurang ketika seorang ibu memiliki anak. “Hal ini juga membuat ibu kehilangan resource yang bisa digunakan untuk menghibur diri atau melepaskan emosi. Akhirnya emosi menumpuk dan meningkatkan risiko gangguan mood dan emosional,” jelasnya. 

Bagaimana Cara Mengatasi Baby Blues?

baby blues 1 | | Tanya Psikolog: Apakah Baby Blues Syndrome Sama dengan Postpartum Depression?
Foto: www.rawpixel.com

Baby blues syndrome terjadi karena beragam faktor, maka untuk menanggulangi kondisi ini perlu dilakukan pendekatan dari berbagai sisi. Menurut penelitian, secara konsisten menunjukkan bahwa dukungan sang suami merupakan hal yang sangat penting untuk membantu sang ibu melewati masa transisi.

“Dukungan suami dalam bentuk apa? Macam-macam, bisa dalam bentuk dukungan emosional. Dalam artian mungkin bentuknya adalah mendengarkan ketika istri bercerita, atau mungkin memeluk istri ketika istri sedang sedih atau ketika sedang khawatir misalnya,” tuturnya.

Selain itu, seorang suami juga dapat memberikan dukungan lewat hal-hal yang membuat istri menjadi senang, seperti memberikan hadiah. Bahkan bisa juga dukungan yang diberikan dalam bentuk tangan tambahan untuk membantu mengurus sang buah hati.

“Jadi salah satu bentuk yang paling sederhana tapi paling dibutuhkan oleh ibu adalah keterlibatan bapak dalam pengasuhan. Karena ibu juga butuh waktu untuk istirahat sejenak, mungkin bisa bergantian ketika sudah seharian dengan ibu; mendekati sore lalu giliran bapak yang mengasuh anak. Kemudian memandikan, menggantikan baju anak dan seterusnya. Sedangkan ibunya istirahat sebentar,” jawabnya.

Tak hanya itu, dukungan emosional juga perlu diberikan oleh beberapa pihak lain seperti keluarga  atau bahkan dengan hadirnya bantuan dari baby sitter

Dukungan lain secara emosional untuk seorang ibu juga dapat dilakukan dengan meminimalisir hal-hal yang dapat menjadi bahan pikiran, seperti tidak memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi seorang ibu.

Selain dukungan emosional, seorang ibu juga perlu didukung secara material seperti ketika anak sakit, seorang suami sudah siap untuk membiayai pengobatan anak. Bentuk material lain juga sangat dibutuhkan oleh sang ibu, seperti imunisasi atau kebutuhan popok bayi, serta asupan makaan untuk ibu supaya asinya keluar. 

Apa Harus Dilakukan Ketika Baby Blues Syndrome Tidak Berhenti?

baby blues 2 | | Tanya Psikolog: Apakah Baby Blues Syndrome Sama dengan Postpartum Depression?
Foto: www.freepik.com

Ketika mengalami baby blues syndrome dan berlangsung selama lebih dari dua minggu, hal ini perlu untuk diwaspadai. Terlebih ketika gejala-gejala yang dirasakan semakin bertambah dan membuat ibu lupa merawat diri.

“Nah, ini bisa menjadi tanda bahwa baby blues-nya sedang berkembang menjadi postpartum depression,” ujarnya.

Postpartum depression memiliki gejala yang mirip seperti depresi pada umumnya. Terdapat perasaan sedih yang terus-menerus dalam jangka waktu yang lama dan suasana hati yang cenderung rendah. Kemudian kehilangan minat untuk melakukan hal-hal yang biasa disukai dan keadaan fisik yang tidak bertenaga serta mengalami gangguan tidur. 

“Meskipun pada umumnya ibu hamil dan ibu-ibu menyusui itu mengalami gangguan tidur karena sleeping pattern-nya berubah sekali. Tapi pada ibu-ibu dengan gejala postpartum depression, perubahan siklus tidur ini berlangsung terus-menerus dan di siang hari ibu cenderung mengantuk dan lelah sekali,” tuturnya.

Arindah mengungkapkan, secara alami, insting dan inisiatif seorang ibu akan langsung membangun ikatan dengan sang anak. Namun hal ini berbeda ketika sudah berkembang ke postpartum depression.

“Bukan berarti ibu ini tidak care dengan anaknya tapi memang muncul rasa yang sulit sekali untuk membangun bonding dengan anak. Seringkali ibu dengan postpartum depression sudah berusaha dan melakukan yang mereka bisa untuk membangun bonding tapi rasanya tetap sulit,” ungkapnya.

Tak hanya itu, seorang ibu juga akan sulit untuk berkonsentrasi, seperti sering lupa dan tidak sengaja menjatuhkan barang ketika sedang dipegang. Ibu juga akan sulit untuk mengambil keputusan. Kemudian ada juga pikiran-pikiran yang sering kali muncul seperti merasa takut, cemas, dan menyalahkan diri sendiri. 

“Sering kali ibu-ibu tidak merasa bahwa dia sudah ada di posisi postpartum depression, biasanya memang karena berkembangnya  pelan-pelan sehingga tidak terasa; merasa bahwa hal yang dirasakan ini wajar karena lelah aja. Padahal sebenarnya ini bukan merupakan lelah biasa, melainkan lelah yang memang sudah mengganggu dan mungkin perlu penanganan yang lebih serius oleh profesional,” saran psikolog klinis ini. 

Apakah Bisa Menghindari Baby Blues Syndrome?

baby syndrome blues
Foto: www.rawpixel.com

Mencegah baby blues syndrome tentunya dapat dipersiapkan mulai dari masa mengandung. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni dengan menyadari kondisi baik fisik maupun emosi serta dukungan sosial dari lingkungan sekitar sebagai support system.

“Membaca sumber-sumber yang bisa membantu ibu memahami betul apa yang terjadi dengan tubuhnya sendiri.  Apa yang akan terjadi dan berubah saat hamil, setelah melahirkan dan saat menyusui. Ini juga perlu untuk ibu pahami supaya jadinya dia lebih bisa kenal dan lebih siap, udah prepare duluan tentang perubahan-perubahan yang akan terjadi saat nanti si baby lahir,” sarannya.

Bantuan Apa yang Bisa Diberikan Orang Terdekat?

baby blues 9 | | Tanya Psikolog: Apakah Baby Blues Syndrome Sama dengan Postpartum Depression?

Jika orang terdekatmu mengalami baby blues syndrome, maka kamu bisa membantunya dengan melakukan hal-hal yang telah disarankan psikolog klinis ini.

Bantu kenali gejala

Hal pertama yang dapat kamu lakukan yakni dengan membantu sang ibu mengetahui gejala baby blues. Untuk itu kamu perlu mengenali terlebih dahulu gejala-gejalanya. 

Educate your self, pelajari lagi, kenali lagi gejalanya lalu bantu orang tersebut untuk mengenali gejalanya. Bahwa apa yang dia rasakan sekarang ini valid, tapi ketika memang sudah mengganggu kita perlu melakukan sesuatu,” tuturnya.

Berikan dukungan

Dukungan merupakan hal yang penting untuk seorang ibu yang baru saja melahirkan. Untuk itu jika kamu merupakan salah satu orang terdekatnya, maka bantu sang ibu dengan memberikan dukungan baik materil maupun immaterial. 

“Berikan support, baik support materil maupun immateril. Materil dalam artian benda-benda barang atau finansial, sedangkan kalau immateril adalah dukungan emosional baik hadir dan ada menemani ibu tersebut, atau pun bergantian, tawarkan bantuan langsung,” ujarnya.

Bantu mencari pertolongan

Setelah mengenali gejala baby blues dan merasa gejala-gejalanya bertambah seiring dengan jangka waktu normal baby blues yakni lebih dari dua minggu, maka kamu dapat membantu mencari pertolongan profesional. 

“Saya sangat menyarankan untuk segera meminta pertolongan profesional. Karena jika tidak segera ditangani maka bisa jadi postpartum depression ini berkembang menjadi postpartum psychosis. Nanti muncul gejala-gejala lain yang lebih kompleks. Seperti halusinasi, atau delusi. Jadi segera dikonsultasikan kepada profesional terdekat yang dapat dijangkau,” tegasnya. 

Jangan menyalahkan diri sendiri

Kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri ketika keluarga atau orang terdekatmu mengalami baby blues. Karena dengan menyalahkan diri sendiri tidak akan membantu siapa pun keluar dari masalah tersebut dan sulit untuk mendapatkan solusi.

“Jadi terima bahwa baby blues atau postpartum depression itu bisa terjadi di semua orang, angka kemunculannya sangat banyak, sangat umum. Sehingga ini bisa terjadi ke semua orang, dan bisa disembuhkan. Keluarga kita butuh bantuan, ayo mari kita bantu,” jawab Arindah.

Bantu menenangkan

Kamu juga bisa menginformasikan bahwa seorang ibu yang mengalami baby blues atau postpartum depression merupakan gejala yang umum. Sampaikan bahwa dengan mengalami kondisi ini tidak membuatnya menjadi orang tua yang buruk. 

Baby blues ini adalah gejala yang umum. Postpartumdepression adalah penyakit sehingga semua orang mungkin bisa merasakan sakit, dan tidak apa-apa, kita bisa sembuh. Sampaikan bahwa kondisi ini bisa ditangani, kita bisa mencari jalan keluarnya. Kita bisa mengusahakan sama-sama, dan gangguan emosional ini tidak menjadikan kamu sebagai orang tua yang buruk,” sarannya.

Selanjutnya: Kita Juga Perlu Membicarakan tentang Prenatal Depression.

error: Konten dilindungi !!