10 Novel Fiksi Sejarah Indonesia Terbaik

Novel fiksi sejarah Laut Bercerita mengisahkan bagaimana sekelompok aktivis mahasiswa mengalami kekejaman dan kebengisan masa Orde Baru.

Seorang mahasiswa yang bernama Laut, beserta rekan-rekannya, melakukan aksi untuk menentang doktrin pemerintah pada era saat itu. Salah satunya adalah “Aksi Tanam Jagung Blangguan”.

Namun, aksi mereka tidaklah berjalan mulus. Mereka mengalami penganiayaan dan penyekapan yang kejam. Terlebih, mereka secara tiba-tiba menghilang entah ke mana.

Novel fiksi sejarah Pulang mengisahkan Dimas Suryo, seorang eksil politik Indonesia, bertemu dengan Vivienne Deveraux di Paris pada Mei 1968.

Di sisi lain, Dimas mendapat kabar dari Jakarta bahwa sahabatnya ditangkap oleh tentara dan tewas. Di Paris, Dimas mengelola Restoran Tanah Air bersama tiga temannya.

Namun, mereka juga dihantui rasa bersalah karena teman-temannya yang ada di Indonesia tengah dikejar, ditembak, bahkan menghilang begitu saja akibat peristiwa 30 September.

Pada Mei tahun 1998, puteri dari Dimas, Lintang Utara, pergi ke Jakarta untuk merekam pengalaman korban tragedi 30 September sebagai tugas kuliah.

Namun, yang didapat Lintang justru lebih dari itu. Lintang juga menjadi saksi atas kerusuhan terbesar di Indonesia.

Bumi Manusia memiliki latar pada masa penjajahan Belanda. Pada novel ini, menceritakan Minke, satu-satunya orang Indonesia yang bersekolah di HBS atau Hogere Burgerschool, serta merupakan keturunan priayi.

Pada era tersebut, golongan priayi diberikan hak istimewa selama tunduk pada sistem yang ada.

Minke menjalin cinta dan akhirnya menikah dengan Annelies, seorang putri Herman Mellema dan Nyai Ontosuroh.

Meskipun Minke mendapatkan privilese, ia menyadari bahwa bangsa Eropa yang selama ini ia sanjung, merupakan penindas bangsa Indonesia.

Novel Cantik itu Luka mengisahkan tentang seorang wanita cantik bernama Dewi Ayu, yang merupakan turunan Indo-Belanda. Dewi Ayu dipaksa bekerja sebagai pemuas nafsu para tentara Jepang.

Ia juga melahirkan tiga putri, namun tidak tahu siapa ayah mereka. Anak-anaknya sering kali digoda karena memiliki paras yang sangat cantik.

Hal tersebut membuat Dewi Ayu kesal. Ia berharap bahwa anak keempatnya memiliki wajah yang jelek.

Berbeda dari novel lain, buku Sang Keris mengambil sudut pandang sebuah keris, Kanjeng Kyai Karonsih.

Keris tersebut yang akan menjadi saksi bisu atas sejarah Indonesia dari masa kerajaan, kolonial, kemerdekaan, hingga abad 21.

Maka dari itu, akan ada banyak tokoh yang muncul dalam novel ini. Terlebih, novel fiksi sejarah ini juga membahas tentang perebutan harta, kekuasaan, dan wanita.

Novel ini menceritakan tentang Srinthil, seorang anak berusia 11 tahun yang bekerja sebagai ronggeng di Dukuh Paruk. Srinthil memiliki paras cantik dan menggoda, sehingga dirinya menjadi objek seksualitas.

Novel ini berlatar pada tahun 1965, di mana terjadi peristiwa politik yang membuat dukuh ini hancur. Ini membuat Srinthil bertekad untuk memperbaiki citra dirinya sebagai penari ronggeng.

Novel fiksi sejarah satu ini menceritakan kisah romansa Amba dan Bhisma yang berlatar pada peristiwa G30S tahun 1965. Mereka dipaksa untuk berpisah karena situasi politik yang kemelut pada era tersebut.

Pada novel Amba, akan menggambarkan bagaimana keadaan kelam bangsa Indonesia, serta kehidupan tahanan politik yang diasingkan di Pulau Buru.

Lasmirah hanyalah seorang gadis yatim piatu dan belum pernah menstruasi. Tidak pernah terbayangkan di hidup Lamsirah bahwa ia menjadi jugun ianfu atau budak seks para tentara Jepang.

Pada awalnya, Lasmirah berangkat ke Borneo untuk mengejar mimpinya menjadi penyanyi. Namun, yang ia dapat hanyalah penderitaan.

Lasmirah bersama para perempuan lainnya, terjebak di asrama Telawang dan dipaksa bekerja untuk melayani nafsu tentara Jepang. Jika kedapatan ada yang hamil, maka harus digugurkan secara paksa.

Tidak hanya itu, novel fiksi sejarah ini juga akan menceritakan kisah cinta Lasmirah yang jauh dari kata bahagia.

Novel Gadis Kretek berlatar pada masa penjajahan Belanda hingga kemerdekaan. Novel ini menceritakan tentang Lebas, Karim, dan Tegar yang merupakan pewaris Kretek Djagad Raya.

Pada suatu saat, ayah mereka yang sedang sekarat menyebut nama wanita lain yang bukan istrinya, yaitu, Jeng Yah. Untuk itu, mereka bertiga mencari Jeng Yah ke semua penjuru Jawa sebelum ayahnya meninggal.

Novel fiksi sejarah ini berlatar pada tahun 1800-an, lebih tepatnya pada masa perang Padri. Novel Segala yang Diisap Langit bercerita tentang keluarga bangsawan Minangkabau menjadi korban maupun pelaku perang Padri.

Seseorang bernama Rabiah, ingin menghancurkan mitos garis keturunan keluarga bangsawan Minangkabau akan berhenti di generasi ketujuh. Namun, aksinya itu dihalangi oleh Magek, kakaknya.