Ini Cara Menghadapi Seseorang yang Arogan

arogan
Foto: www.freepik.com

Ah, kemungkinan kita kenal seseorang yang arogan (jika kesulitan mencari orang seperti ini di sekelilingmu, bisa jadi kamu orangnya?)—sangat besar. Lalu, bagaimana menghadapi orang yang memiliki karakter arogan seperti ini? Baca terus artikel ini untuk mendapatkan jawabannya.

Apa Bedanya Arogan dengan Rasa Percaya Diri yang Sehat?

Arogan yang dimaksudkan di sini adalah karakter yang secara sosial tidak terpuji, “seperti selalu bersikap tidak menyenangkan, agresif, punya harga diri yang rapuh dan rendah—dan cenderung mudah mempermalukan orang lain,” tulis Guy Winch, Ph.D., seorang psikolog, di Psychology Today.

Oh, arogansi tidak sama dengan punya rasa percaya diri yang sehat. Biasanya, orang yang punya rasa percaya diri dalam kadar yang tepat, cenderung disukai banyak orang, murah hati “menyenangkan, bertanggung jawab, dan secara emosional stabil,” tulis Winch. Sebaliknya, orang yang arogan cenderung kasar, egois, dan suka mendominasi.

Bagaimana Menghadapi Orang yang Arogan?

Lantas, bagaimana jika ada orang yang super arogan di sekitarmu? Sebut saja, misalnya bos, teman kerja, tetangga, anggota keluarga, atau pasangan (!)? Di Psychology Today, Andrea F. Polard Psy.D., seorang psikolog menuliskan tips menghadapi orang yang arogan.

  1. Miliki rasa kasih, tapi tidak berusaha mengubah mereka. Pasalnya, karakter arogan ini sudah mendarah daging, entah itu harga diri yang rendah, kehausan untuk mendapatkan pujian, kurangnya empati. Namun penting untuk tetap memiliki rasa kasih terhadap mereka, karena ini “akan membawa kedamaian di dalam hatimu”, saat menghadapi mereka.
  2. Terima fakta bahwa superior adalah bagian dari karakter mereka. Meski begitu, kamu tidak perlu merasa inferior.
  3. Komunikasikan secara langsung (jika memungkinkan). Yakni, dengan menggunakan kalimat aman, seperti “maaf memotong, tapi…”. Selain itu, jika biasanya dia orang yang biasa saja dan mendadak menjadi arogan, tanyakan apa yang sudah terjadi padanya hari itu.
  4. Jaga jarak dan frekuensi bertemu. “Kita tidak selalu bisa memilih dengan siapa kita bekerja dan berhubungan, tapi kita bisa menentukan batasan,” saran Polard. Batasan ini bisa berupa durasi bertemu, topik pembicaraan, dan menahan diri setiap kali dia terkesan “memancing emosi”. Jika segala hal sudah dilakukan tapi tetap saja tidak bisa menjaga jarak, “mungkin saatnya memutus hubungan. [Pasalnya] tak seorang pun harus diam dan menjadi objek siksaan, entah itu di hubungan personal atau profesional,” terang Polard.

Selanjutnya: Begini cara mengecek apakah cekcok yang sering kamu hadapi dengan pasangan adalah cekcok biasa atau kekerasan rumah tangga.

error: Konten dilindungi !!