Memiliki asupan nutrisi yang cukup memang menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Sebab, hal ini mau tidak mau akan memengaruhi kesehatan tubuh.
Oleh karena itu hadir gizi terpadu yang dapat membantu kita untuk memastikan telah mendapatkan asupan yang benar. Namun samakah artinya dengan gizi seimbang?
Untuk mengetahui jawabannya, LIMONE telah menghubungi Priccillia Fazha, S.Gz, seorang ahli gizi, yang akan memaparkan gizi terpadu dan perbedaannya dengan gizi seimbang. Serta bagaimana dampak dari tubuh yang tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup.
Apa Itu Gizi?
Menurut Priccillia, kata gizi berasal dari bahasa arab yaitu ‘ghidza’ yang artinya makanan. “Zat gizi itu sendiri merupakan ikatan kimia yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan fungsinya,” tuturnya.
“Sebagai contoh, kita membutuhkan bahan makanan sumber karbohidrat untuk menghasilkan energi. Protein, mineral, dan air diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Vitamin dan mineral juga diperlukan sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot” lanjutnya.
Bagaimana dengan Gizi Terpadu?
Sesungguhnya, “gizi terpadu adalah pelayanan gizi di mana kita berkolaborasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam mencegah dan mengatasi masalah gizi. Baik itu secara individual atau kelompok masyarakat,” jelasnya.
“Manfaat dari pelayanan gizi terpadu ini adalah kita bisa lebih tepat sasaran dalam memberikan intervensi dan merencanakan kegiatan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah gizi,” terang Ahli Gizi yang satu ini.
Karena penyebab dari masalah gizi tidak hanya berasal dari asupan. “Oleh karena itu, kita bekerja sama dengan dokter untuk memeriksa apakah terdapat penyakit penyerta atau faktor lain di luar asupan makanan. Dengan petugas kesehatan lingkungan untuk mengedukasi terkait hygiene sanitasi lingkungan, dan dengan bagian anak untuk melihat tumbuh kembangnya,” lanjut Priccillia.
Bedakah Artinya dengan Gizi Seimbang?
Jika gizi terpadu adalah pelayanan gizi yang berkolaborasi dengan banyak pihak, maka gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
“Serta dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. Kalau dulu kita sering dengar istilah empat sehat lima sempurna, sekarang istilah tersebut sudah diganti dengan sebutan gizi seimbang,” ungkapnya.
Ketika seseorang mengonsumsi makanan sesuai gizi seimbang dengan jumlah dan porsi yang tepat, “maka akan membuat tubuhnya menjadi lebih sehat dan tidak mudah terkena penyakit infeksi. Selain itu juga menurunkan risiko kegemukan dan terkena penyakit tidak menular. Sehingga produktivitas kerja pun akan meningkat,” imbuhnya.
“Konsumsi gizi seimbang sangat diperlukan oleh tubuh karena tidak ada satu bahan makanan yang mengandung zat gizi lengkap. Oleh karena itu, kita harus mengonsumsi berbagai jenis makanan agar zat gizi yang dibutuhkan dapat terpenuhi dengan baik,” katanya.
Mengapa Seseorang Bisa Mengalami Kekurangan Gizi?
Priccillia menuturkan bahwa “seseorang bisa mengalami kekurangan gizi apabila asupan yang masuk ke dalam tubuhnya melalui makanan lebih sedikit dari yang ia butuhkan,” ujarnya.
“Berdasarkan diagram WHO (World Health Organization), penyebab langsung seseorang kekurangan gizi bisa disebabkan karena asupan makan yang tidak seimbang dan adanya penyakit infeksi,” papar Ahli Gizi yang satu ini.
Sedangkan penyebab tidak langsung dari kekurangan gizi sendiri terdiri dari beberapa faktor. “Seperti karena tidak cukupnya persediaan pangan, pola asuh yang tidak memadai, sanitasi atau air bersih yang tidak memadai, dan pelayanan kesehatan yang tidak memadai,” ungkapnya.
Berapa Banyak Asupan Gizi yang Dibutuhkan oleh Seseorang?
Sesungguhnya, “setiap orang memiliki kebutuhan gizi yang berbeda-beda, tergantung dari jenis kelamin, aktivitas, usia, hingga keadaan fisiologinya,” jelas Priccillia.
“Namun pemerintah kita sudah mengeluarkan Permenkes nomor 28 tahun 2019 tentang angka kecukupan gizi (AKG) yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk melihat kebutuhan gizi masyarakat di Indonesia,” lanjutnya.
Untuk mengetahui berapa banyak kebutuhan harian dan bagaimana pembagiannya dalam sehari, disarankan untuk langsung melakukan konsultasi dengan ahli gizi.
Apakah Memiliki Tubuh yang Kurus Tandanya Kita Mengalami Kekurangan Gizi?
“Untuk menentukan seseorang kurus atau tidak, itu tidak bisa hanya dilihat dari kasat mata. Tetapi kita harus menghitung terlebih dahulu status gizinya. Apakah IMT atau indeks massa tubuh orang tersebut dalam kategori kurus, normal, atau gemuk,” tuturnya.
Seseorang yang masuk dalam kategori kurus jika setelah dihitung IMT-nya berada di bawah 18.5 kg/m2. “Jika seseorang dalam kategori kurus, berarti asupan yang ia makan lebih sedikit daripada kebutuhannya. Dan orang tersebut berisiko untuk kekurangan gizi,” imbuhnya.
Lantas, apa saja faktor yang dapat memengaruhi kebiasaan makan dari seseorang?
“Kebiasaan makan seseorang biasanya akan dipengaruhi oleh pendapatan, latar belakang ekonomi keluarga, pekerjaan, pendidikan, tempat di mana ia tinggal, agama atau kepercayaan, dan pengetahuan terhadap gizinya,” jawab Priccillia.
Bagaimana Tanda Tubuh yang Telah Tercukupi Gizinya?
Menurut Ahli Gizi yang satu ini, “seseorang yang gizinya tercukupi akan memiliki berat badan dan tinggi badan yang sesuai dengan perkembangan usianya. Dan apabila kita hitung Indeks Massa Tubuh (IMT) maka akan masuk dalam kategori normal,” tuturnya.
Kemudian bisa kita lihat juga tandanya, seperti memiliki kulit yang sehat, nafsu makan baik, buang air besar (BAB) teratur, tidur nyenyak, dan tidak mudah sakit.
“Selain itu kita juga bisa melakukan pemeriksaan laboratorium untuk melihat apakah zat besi di dalam tubuh kita sudah tercukupi. Serta untuk mengetahui apakah kadar gula darah, kolesterol, dan lainnya di dalam tubuh masih dalam batas normal. Jika memang kadarnya di atas normal, biasanya disarankan ke dokter atau ahli gizi untuk dilakukan intervensi,” ujar Priccillia.
Adakah Dampak dari Kekurangan Serta Kelebihan Gizi Dalam Tubuh?
Terdapat dampak yang timbul ketika kita kekurangan zat gizi. “Seseorang bisa merasa malas atau lemah karena kekurangan energi. Kemudian bisa juga konsentrasi yang menurun, gusi dan mulut sering terluka, rambut rontok, hingga kulit kering,” katanya.
“Selain itu pertumbuhan menjadi terhambat atau tidak optimal. Serta sistem imunitas dan antibodi dapat berkurang, sehingga kita mudah terserang infeksi seperti flu, batuk, atau diare,” lanjutnya.
Ketika seorang anak mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu lama, “maka bisa berpengaruh terhadap perkembangan otak dan kecerdasannya. Selain itu, biasanya perilaku anak yang kekurangan gizi akan lebih rewel, cengeng, apatis, dan mudah tersinggung,” ungkap Ahli Gizi yang satu ini.
“Sedangkan untuk kelebihan zat gizi di dalam tubuh. Hal ini juga tidak dianjurkan karena akan menyebabkan kegemukan atau obesitas. Apabila seseorang mengalami obesitas atau kegemukan, maka akan berisiko terkena penyakit tidak menular seperti tekanan darah tinggi atau hipertensi, diabetes, penyakit jantung coroner, dan lainnya,” terang Priccillia.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Mengalami Efek Samping Baik Kekurangan atau Kelebihan Gizi?
“Sebaiknya langsung memeriksakan diri ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan intervensi lebih lanjut. Jika memang kasusnya adalah kekurangan gizi, biasanya akan diberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein oleh ahli gizi. Pastinya akan sesuai dengan kebutuhannya,” tuturnya.
Sedangkan untuk kasus kelebihan berat badan atau penyakit tertentu, akan diberikan terapi obat. Serta ahli gizi juga akan memberikan diet tertentu kepada pasien yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kesimpulan
Priccillia menyarankan agar kita selalu menerapkan pola makan yang sesuai dengan gizi seimbang dan mengonsumsi beraneka ragam makanan sesuai kebutuhan.
“Kita bisa mulai dari diri sendiri dan keluarga. Ini demi masa depan yang lebih baik. Karena menjaga kesehatan adalah salah satu bentuk investasi untuk masa depan,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengajak untuk berkolaborasi dari lintas program dan lintas sektor untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia. Karena masalah gizi bukan hanya tanggung jawab bidang kesehatan tapi tanggung jawab bersama.
“Sebab anak yang sehat dan cerdas juga merupakan investasi bangsa di masa depan,” tutupnya.
