Studi Baru: Anak Mendeteksi Emosi dari Apa yang Mereka Dengar Dibandingkan yang Dilihat

mendeteksi emosi
Foto: www.pexels.com

Bagaimana anak mengetahui sang ibu sedang marah? Kemungkinan besar dari intonasi suara. Sebuah penelitian baru dari Departemen Psikologi Universitas Durham menemukan bahwa anak-anak mendeteksi emosi dari apa yang mereka dengar, bukan dari yang mereka lihat. Studi ini diterbitkan di Journal of Experimental Child Psychology.

Apa yang Dilakukan Penelitian Ini?

Studi ini dilakukan untuk mengetes apakah “efek Colavita” (dari usia delapan manusia cenderung merespons pada stimulus visual dibandingkan audio) berlaku pada situasi lebih kompleks. Dalam hal ini pengenalan emosi pada anak-anak usia muda (young children).

Para ilmuwan membagi partisipan dalam tiga kategori usia: tujuh tahun dan di bawahnya, 8-11, dan 18 tahun ke atas. Lalu, para ilmuwan melakukan dua eksperimen terhadap semua partisipan ini.

Para partisipan diperlihatkan gambar manusia dengan wajah dikaburkan, dan disertai dengan stimulan audio berupa emosi senang, takut, dan sedih. Stimulan ini diberikan baik secara terpisah, bersamaan, dan berkaitan atau saling bertentangan.

Apa Hasilnya tentang Kemampuan Anak Mendeteksi Emosi?

Hasilnya? Ketika stimulan audio dan visual dikombinasikan, orang dewasa memberikan penilaian emosi berdasarkan apa yang mereka lihat. Bagaimana dengan anak kecil? Uh-uh, dari yang mereka dengar.

Menariknya, ketika anak lebih muda dan tua diminta untuk mengabaikan suara dan mendasarkan penilaian mereka pada stimulan tubuh, hasilnya lebih jelek dibandingkan orang dewasa. Terutama jika emosi yang diperlihatkan tidak sesuai (visual) dengan audio. Anak-anak mendeteksi emosi lebih pada suara, bahkan ketika diminta untuk mengabaikannya.

Para peneliti menekankan bahwa penemuan ini bisa diterapkan oleh orang tua atau pengajar terutama di masa online learning seperti sekarang ini.

“Studi kami menemukan bahwa anak-anak usia muda sangat mengandalkan apa yang mereka dengar untuk menentukan emosi dari sebuah situasi. Dengan begitu banyak anak menghabiskan waktu di rumah sekarang ini, patut dipertimbangkan tentang apa yang mereka dengar dan deteksi,” kata Dr Paddy Ross, peneliti utama.

Penelitian ini juga bisa dipakai untuk lebih mengerti pengenalan emosi pada anak dengan kondisi tertentu, seperti autisme.

Setelah ini, Dr Ross berencana untuk melakukan studi lebih lanjut tentang apakah anak usia muda masih tetap mengandalkan pendengaran mereka ketika suara dikombinasikan dengan ekspresi manusia. Dan juga ketika suara manusia diganti dengan musik yang menggambarkan emosi yang sama.

Selanjutnya: Apakah Musik Klasik Memengaruhi Perkembangan Anak?

error: Konten dilindungi !!